Aceh Tamiang ↗– Fenomena tidak biasa terjadi setelah banjir besar ↗yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang pada awal pekan ini. Ribuan potongan kayu berbagai ukuran tampak memenuhi aliran sungai hingga mencapai pesisir, menciptakan pemandangan yang disebut warga sebagai “lautan kayu↗”.
Sejumlah warga yang melintas di kawasan Kecamatan Bendahara dan Seruway mengatakan bahwa kayu-kayu itu mulai terlihat sejak air banjir mulai surut pada Selasa dini hari. Potongan kayu tersebut diduga merupakan sisa material dari hulu sungai yang terbawa oleh arus deras selama banjir.
“Biasanya ada kayu, tapi kali ini jumlahnya luar biasa banyak, seperti tumpukan kayu terapung sepanjang sungai,” ujar Rasyidin, salah seorang warga setempat.
BPBD Aceh Tamiang mengonfirmasi bahwa material kayu itu kemungkinan terbawa dari area hutan dan perkebunan yang diterjang arus banjir. Pihaknya saat ini masih melakukan pendataan serta mengimbau warga untuk berhati-hati karena kayu-kayu tersebut dapat membahayakan transportasi air.
“Kami sedang berkordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan pembersihan, terutama di titik-titik yang berpotensi mengganggu aliran sungai dan aktivitas masyarakat,” kata Kepala BPBD Aceh Tamiang.
Sementara itu, para nelayan pesisir mengaku kesulitan melaut karena kayu-kayu terapung dapat merusak jaring maupun mesin kapal. Mereka berharap penanganan segera dilakukan agar aktivitas ekonomi dapat kembali normal.
Banjir besar yang terjadi pada akhir pekan lalu dipicu oleh curah hujan tinggi yang membuat sejumlah sungai meluap, sehingga merendam ribuan rumah dan memaksa ratusan warga mengungsi. Hingga kini, petugas masih bekerja mengevakuasi sisa material banjir serta membantu warga yang terdampak.
Usai banjir besar yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang pada akhir pekan lalu, warga dikejutkan oleh kemunculan hamparan kayu dalam jumlah sangat besar yang memenuhi aliran sungai hingga mencapai kawasan pesisir. Fenomena itu bahkan dijuluki warga sebagai “lautan kayu” karena saking padatnya kayu yang terapung dan menumpuk di sepanjang permukaan air.
Pemandangan tak biasa itu terlihat di beberapa kecamatan seperti Bendahara, Karang Baru, Manyak Payed, dan Seruway. Ribuan potongan kayu berukuran kecil hingga besar memenuhi badan sungai, sebagian tersangkut di jembatan dan bantaran sungai, sementara sebagian lainnya terbawa hingga mendekati laut.
Warga: Baru Kali Ini Sebanyak Ini
Warga sekitar mengaku sudah terbiasa melihat kayu hanyut setiap kali banjir terjadi, namun kali ini jumlahnya dianggap luar biasa besar. Banyak yang terkejut ketika air banjir mulai surut pada Selasa dini hari dan menampakkan tumpukan kayu yang menyerupai pulau terapung.
“Biasanya memang ada kayu ikut hanyut, tapi kali ini jumlahnya seperti tak ada habisnya. Dari ujung sungai sana sampai ke sini penuh kayu semua,” ujar Rasyidin, warga Kecamatan Bendahara, saat ditemui di bantaran sungai.
Beberapa warga lainnya memilih mengumpulkan kayu yang bisa dimanfaatkan, sementara sebagian merasa khawatir karena tumpukan kayu dapat memicu banjir susulan jika menyumbat aliran sungai.
BPBD: Kayu Diduga Berasal dari Hulu Sungai dan Area Hutan
Kepala BPBD Aceh Tamiang menjelaskan bahwa kayu-kayu tersebut kemungkinan besar terbawa dari kawasan hulu sungai, termasuk dari area hutan, perkebunan, dan tebing-tebing yang longsor akibat banjir bandang.
“Kami masih mengidentifikasi asal material kayu ini. Intensitas hujan yang sangat tinggi beberapa hari lalu membuat banyak bagian hutan terkikis, sehingga material kayu ikut hanyut bersama arus,” ujar Kepala BPBD dalam pernyataannya.
Ia menambahkan bahwa kayu tersebut berpotensi mengancam jembatan, rumah warga di tepi sungai, hingga aktivitas transportasi air. Petugas gabungan kini turun ke lapangan untuk membersihkan titik-titik kritis yang dikhawatirkan dapat memicu kerusakan baru.
Aktivitas Nelayan Terhenti
Fenomena lautan kayu itu turut berdampak pada kehidupan nelayan di wilayah pesisir. Banyak dari mereka terpaksa menunda melaut karena khawatir mesin kapal rusak bila terkena balok kayu.
“Kami tidak bisa melaut. Banyak kapal yang baling-balingnya rusak karena menabrak kayu. Kalau dibiarkan berhari-hari begini, kami bisa rugi besar,” kata Muhammad Fadli, nelayan dari Kecamatan Seruway.
Selain itu, jaring ikan juga berisiko robek atau tersangkut jika dipaksakan digunakan di tengah tumpukan kayu, sehingga para nelayan sepakat menghentikan aktivitas sementara.
Banjir Besar Rendam Ribuan Rumah
Banjir besar yang memicu fenomena ini terjadi setelah hujan deras mengguyur Aceh bagian timur selama dua hari berturut-turut. Tingginya debit air membuat beberapa sungai meluap dan merendam ribuan rumah, memaksa lebih dari seribu warga mengungsi ke pos-pos darurat.
Petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan masih terus mengevakuasi warga dan menyalurkan bantuan di wilayah yang terdampak paling parah.
Pemerintah Siapkan Penanganan Lanjutan
Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang tengah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengatasi tumpukan kayu yang berpotensi mengganggu aliran sungai ataupun merusak ekosistem. Pihaknya juga mengimbau warga agar tidak beraktivitas terlalu dekat dengan bantaran sungai karena kayu-kayu besar masih bergerak terbawa arus.
“Kami akan fokus membersihkan aliran sungai utama terlebih dahulu. Setelah itu kami baru menyisir daerah pesisir untuk mengurangi dampak pada aktivitas nelayan,” ujar salah satu pejabat daerah.
Saat ini, warga berharap penanganan bisa dilakukan secepatnya agar aktivitas sehari-hari kembali normal dan risiko bencana susulan dapat diminimalisir.

